Jumat, 28 Desember 2007

download penawar hati...disini!!!

Penawar Hati
Penulis : Budi Hathaat, Lc.
Tidak ada penderitaan yang dialami manusia melebihi kesengsaraan akibat penyakit hati. Penyakit ini menggerogoti perasaan manusia, menghilangkan rasa bahagia, kesenangan, dan kelapangan menjalani hidup. Penyakit ini pun meracuni pikiran, sehingga senantiasa melihat penuh prasangka, berpikir negatif, dan tidak mampu membangun keharmonisan dalam hidupnya. Penyakit hati pun memperburuk penampilan, sikap yang menghilangkan rasa hormat orang lain, perilaku yang mengundang ketidaksukaan dan kebencian. Adakah yang lebih menyengsarakan hidup ini, bila hati kita telah mengidap penyakit. Bila hasad dan dengki mengendap, maka kebahagiaan orang lain menyakitkan hati, kesuksesaan orang lain menyita pikiran dan perasaan. Waktu kita habis tersita untuk memikirkan orang yang kita dengki, sementara kita lupakan nikmat yang kita terima. Pikiran kita terhambur menyusun rencana untuk menghilangkan kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepada orang yang kita dengki. Hidup menjadi terasa sempit, nikmat yang dimiliki hilang oleh hasad.

Adakah yang lebih membelenggu hidup selain hidup dililit penyakit riya. Keinginan untuk dipandang orang lain. Apa yang kita lakukan ditentukan oleh orang lain. Hidup tergantung pada apa yang ingin ditampilkan pada orang lain. Memaksakan diri untuk melakukan apa yang sesungguhnya tidak ingin kita lakukan. Menjalani hidup dengan gaya dan cara yang sesungguhnya kita tidak mampu menjalaninya. Jadilah kita korban pandangan orang lain. Ingin disebut pintar walau kita mengetahui keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Ingin dipandang kaya dan mewah sehingga dibelit hutang dan kebohongan. Penyakit riya menciptakan penjara bagi hidup kita sendiri.

Penyakit hati akan menghilangkan kebahagiaan yang ada dalam dada manusia, melumpuhkan rasa syukur atas curahan nikmat Allah SWT yang kita terima, dan memutuskan tali silaturrahim dengan sesama. Sedemikian bahayanya penyakit ini, maka setiap orang beriman akan senantiasa melakukan perhitungan (muhasabah) dengan dirinya. Pada setiap waktu shalat yang dilakoninya, ada jeda untuk membersihkan hati, meluangkan waktu untuk berdzikir kepada Allah, karena dengan dzikir-lah keluasan dan kelapangan hati akan kembali. Dan di antara pembersih hati yang paling ampuh bagi kaum muslimin adalah membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya dialah obat dari Allah SWT yang akan menawarkan hati yang sakit.

Membaca Al-Qur'an, membawa hati pada kedekatan kepada Allah. Dibaca dengan sungguh-sungguh, seorang muslim akan merasakan ketentraman apabila ia menyadari atas apa yang dilakukannya, ia tengah membaca apa yang disampaikan Allah SWT, penciptanya, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semakin sungguh-sungguh ia membaca dan meresapi bacaan Al-Qur'an, ia akan semakin merasakan kedekatan kepada Allah SWT. Pada saat hati terasa dekat dengan Allah, ketentraman akan tumbuh dalam hatinya, sebab tidak akan ada lagi yang dikhawatirkannya, semua harapan tergantung kepada Allah.

Manusia yang hanya mengharap ridha Allah semata, lepas dari kekhawatiran atas balasan manusia. Manusia yang mengikatkan diri hanya kepada Allah, adalah manusia yang merdeka dari selain Allah. Bebas dari berharap kepada makhluk, lepas dari keinginan dipuji, dipandang, dan diberi.

Hati yang mengenal Allah (ma'rifatullah) adalah hati yang terbebas dari penyakit. Melalui bacaan Al-Qur'an, seorang muslim akan semakin kenal dengan Allah, merasakan kehadiran dan kedekatan denganNya. Inilah sebaik-baik penawar bagi hati manusia. Pada saat yang sama, ia tidak akan merasakan kegamangan dalam menjalani hidup ini, sebab Al-Qur'an menunjukkan pada sebaik-baik jalan yang harus ditempuhnya. Tidak ada kekecewaan dari setiap usaha dan perjuangan dalam hidupnya, karena Al-Qur'an memberikan harapan atas balasan yang terbaik dan adil.

Hidup dalam petunjuk, adalah kehidupan yang akan bebas dari putus asa, kekecewaan, dan keluh kesah. Itulah kondisi hati yang dirahmati Allah SWT. Bila hati senantiasa diisi oleh ma'rifatullah, tidak ada tempat lagi bagi berbagai penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Hati yang senantiasa ma'rifatullah, akan membersihkan penyakit yang mungkin ada. Seorang muslim yang senantiasa membaca Al-Qur'an, dengan bacaan yang baik, memahami, dan menghayatinya, adalah mereka yang senantiasa menjaga dan menghidupkan hatinya. Semua itu, akan memiliki pengaruhnya bila ia telah beriman kepada Allah, kepada Al-Qur'an. Keimanan kepada Allah dan membaca Al-Qur'an, akan saling mendukung dan mengokohkan. Keimanan akan kokoh dengan membaca Al-Qur'an, dan membaca Al-Qur'an akan memberikan pengaruhnya yang besar kepada seorang mukmin. Tanpa keimanan, kesungguhan dalam mempercayai apa yang dibacanya, sangatlah kecil bacaan itu akan memberikan dampak pada kehidupan. Al-Qur'an, bukanlah mantera-mantera yang dapat berpengaruh, walau tanpa memahami maknanya. Al-Qur'an ini, adalah petunjuk hidup, yang akan menghilangkan beragam penyakit hati dan melimpahkan rahmatNya, apabila dibaca dengan keimanan, dihayati dalam kehidupan ini, dan diamalkan dengan kesungguhan.

Bacalah Al-Qur'an dengan penuh keimanan, maka ia akan membersihkan hati dari penyakit dan menghidupkannya, sehingga kehidupan seorang muslim berjalan dengan petunjuk yang jelas, dan penuh rahmat. Wallahu a'lam bishshawab.
kotasantri dot com

Rabu, 26 Desember 2007

trainer JIHAD Iraq


Wawancara Eksklusif dengan Trainer Jihad Al Qaidah Iraq, Abu ‘Umar

Apakah anda menyebut diri anda sendiri sebagai teroris? Ya, saya seorang teroris. Apa ada masalah dengan hal itu? Kalau saya ingin meneror musuh Allah, apa ada masalah dengannya? Demikian Abu ’Umar seorang anggota ’Usbat Al Ansar’, berjihad di Iraq dan melakukan training-training di sana sekaligus merupakan supplier senjata bagi Al Qaidah Iraq.
berikut wawancara dengan abu umar

Jumat, 14 Desember 2007

BAKWAN lemak

Dengan lapisan adonan yang lebih empuk, tahu dan buncis bisa jadi camilan yang enak. Tambahan daun bawang dan bawang Bombay membuat rasa bakwan makin harum dan enak. Enak disantap hangat dengan saus kacang yang pedas gurih!
Bahan:
300 g tahu putih, potong-potong 11/2 x 3/4 cm
2 batang daun bawang, iris kasar
10 buah buncis, potong serong tipis
10 g bawang Bombay, iris kecil
Adonan Tepung, aduk rata:
50 g tepung terigu
50 g tepung beras
1 putih telur ayam, kocok hingga berbuih
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt bawang putih, parut
1 sdt garam
100 - 125 ml air
Cara membuat:
*Campur tahu, daun bawang, buncis dan bawang Bombay jadi satu.
*Taruh sebagian dalam Adonan Tepung. Sendoki dengan sendok sayur, taruh melebar di atas wajan berisi minyak panas dan banyak.
*Goreng hingga kuning dan kering.
*Angkat dan tiriskan.
* Sajikan hangat dengan sambal kacang/cuka palembang

Jumat, 23 November 2007

Ketika Muslimah Ditinggal Suami Pergi Berjihad

Sesungguhnya tidak ada yang tak sepakat di antara para ulama’ bahwa ibadah jihad adalah ibadah yang sangat berat, dia adalah ibadah yang paling tinggi nilainya dalam Islam , untuk itu perlu keseriusan dan kesabaran dalam menjalankan ibadah ini. Apalagi menjadi seorang istri mujahid, tidak gampang, tidak mudah, antara banyaknya kebaikan yang ia terima dan tanggung-jawab yang harus dipikul… itulah seni bersuamikan seorang mujahid…

Permasalahan yang pokok untuk menjadi istri seorang mujahid adalah bila suami bepergian menunaikan kewajiban ibadah jihad sebagai komitmen terhadap tuntunan Rosululloh shollallhu ‘alaihi wasallam .
Di sana ada beberapa akhlak untuk istri-istri yang ditinggal suaminya pergi berjihad, atau ketika suami diuji oleh Allah berlari-lari menjauh dari kejaran musuh Allah yang selalu tidak rela terhadap seorang mukmin yang selalu komitmen dalam perjalanan untuk mencari ridho Allah, maka inilah akhlak-akhlak sederhana semoga membantu para mujahidah yang sepanjang kurun dan sampai akan datang tidak akan berhenti untuk melahirkan para mujaid yang berarti, seperti syekh Abdulloh Azzam, Ibnu Khottob, Yahya Ayyas dan lainnya .....
Adapun akhlaq-akhlaq tersebut adalah :
1. Akhlaq terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala
2. Akhlaq terhadap anak didiknya
3. Akhlaq terhadap suami sebelum bepergian
4. Akhlaq terhadap tetangga
5. Akhlaq terhadap orang tua
6. Akhlaq terhadap mertua
7. Akhlaq terhadap Jama’ah
8. Akhlaq terhadap sesama kaum muslimin
9. Akhlaq ketika suami datang dari berjihad

1 - Akhlaq terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Seorang Akhwat yang ditinggal suaminya berjihad hendaklah ia berakhlaq sebagai berikut :
» Banyak berdoa untuk suaminya karena doa seorang dalam keadaan ghaib (tidak kelihatan) sangat banyak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
» Ikhlash dengan perginya suami ke medan tempur, ikhlash karena Allah Subhanahu wa Ta’ala , dengan menyadari, sesungguhnya semua amal akan menjadi sia- sia bila tidak ada dua syarat pokok : Pertama : Ikhlas Kedua : Sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosul-Nya… Ibadah jihad ini sesuai dengan tuntunan Allah dan rosul-Nya, maka diperlukan syarat ikhlash.
» Bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berkata Ibnu Qoyyim : “Sesungguhnya tawakkal itu ada dua pertama bertawakkal yang disengaja dan kedua bertawakkal karena keterpaksaan.” Bertawakkal yang disengaja lebih utama daripada bertawakkal karena keterpaksaan. Contoh : Seorang yang bertawakkal dengan terpaksa, ketika ia mendapat musibah banjir kematian… kemudian ia bertawakkal, maka tawakkalnya terpaksa karena ada musibah yang memaksa ia bertawakkal, namun di sana ada seorang yang bertawakkal dengan sengaja… karena ia mengetahui resiko-resiko akibat yang ia kerjakan. Seorang berda’wah dan berjihad ia sudah menyadari bahwa resikonya mati syahid… maka ia kerjakan ibadah tadi. Inilah yang lebih afdhol.
Sebagaimana bertawakkal, begitu pula bersabar. Ibnu Qoyyim membaginya dengan dua sebagaimana diatas tadi. Ciri-ciri seorang yang bersabar bila ditinggal suaminya ;
» Tidak banyak mengeluh dengan ditinggalnya suami, baik mengeluh kepada akhwat atau yang lainnya
» Tidak kecewa akan keberangkatan suaminya dengan menyadari bahwa ini adalah pilihan untuk akherat kelak
» Tidak menyalahkan orang lain atas keberangkatan suami ke medan perang karena menyadari bahwa resiko ini akan berbuah di akherat nanti.

2-Akhlaq terhadap anak didiknya :
Anak adalah amanah Allah yang diberikan kita semua, seorang istri yang mempunyai anak momongan dan ditinggal suaminya berjihad hendaklah ia berakhlaq sebagai berikut ;
» Mendidiknya dalam naungan Al Qur’an dan As Sunnah
» Mengawasi anak dalam bergaul sesama mereka.
» Kalau dahulu ada abinya yang mengawasi, kini ia harus berekstra untuk lebih diawasi. Ada beberapa keluarga mujahid sementara ditinggal abi-nya pergi dan keadaan anaknya tak karuan.
» Kalau tak bisa mengantar sekolah. Jauh-jauh hari bisa di musyawarahkan dengan abi-nya, dan Insya Allah ikhwan yang lain akan memikirkan hal ini, kecuali ada hal hal yang emergency.
3-Akhlaq terhadap suami sebelum bepergian ;
» Menyiapkan segala keperluan suami saat mau bepergian baik pakaian, celana… dll
» Melunasi seluruh tanggungan, hutang piutang suami bila ada, karena dalam sebuah hadist yang artinya : “Seluruh amalan seorang syahid diterima oleh Allah kecuali hutang.”
» Berpesan kepada suami, agar membuat surat wasiat sebelum berangkat, karena mati itu tidak menentu… wasiat untuk keluarga… wasiat untuk istri, wasiat untuk anak, untuk Jama’ah, wasiat untuk segenap ummat Islam
» Mendoakan suami mendapat ridho Allah
» memberikan spirit, mendorong agar teguh dalam komitmen terhadap Islam.

4. Akhlaq terhadap tetangga :
Seorang tidak mungkin hidup menyendiri, itulah fithrah dari Allah. Hidup dengan tetangga, sebaiknya berakhlaq sebagai berikut:
» Memberikan hak tetangga sesuai dengan porsinya
» Bila tetangga seorang kafir harus hati-hati menyimpan rahasia kepergian suami
» Bila tetangga seorang muslim taat, diceritakan dengan kalimat yang umum, dengan tujuan berda’wah semoga suaminya bisa berangkat
» Disarankan untuk tidak terlalu mendetel menceritakan kepada anak, karena anak akan cepat bersosialisasi dengan tetangga sehingga tetangga tahu kepergian suami dari anak
» Tidak sering berintraksi dengan tetangga walaupun ia seorang muslim karena akan cenderung ghibah, sehingga dikhawatirkan membuka rahasia suami.

5. Akhlaq terhadap orang tua :
Dengan orang tua dan keluarga sabaiknya berakhlaq sebagai berikut:
» Bila orang tua muslim yang taat apalagi multazim hendaknya diceritakan apa adanya kecuali tehadap ibu, karena ibu jarang yang bisa memahami akan aktifitas suami
» Bila seorang yang belum mengerti, diceritakan dengan kalimat yang global
» Memohon doa dari orang tua semoga cepat pulang dan selamat

6. Akhlaq terhadap mertua :
» Bila mertua orang yang mengerti, diceritakan apa adanya dan tidak terlalu mendetail
» Mengajak anak anak untuk kunjung ke mertua dan tidak berlama -lama, karena dirumah mertua sudah dipastikan ketemu ipar-ipar, sedang sabda baginda rosululloh yang artinya : “Ipar itu membuat mati.”
» Bila ditanya tentang khabar suami, dijawab seperlunya, tidak menceritakan berita sedih tentang suami, salah satu cobaan yang berat bila suami syahid, ini mempunyai adab sendiri untuk meceritakan hal ini, dan jama’ah yang akan memahamkan berita ini.

7. Akhlaq terhadap Jama’ah:
BerJama’ah atau menggabungkan diri dengan sebuah Jama’ah apalagi Jama’ah jihad bukan berarti ta’ashub dengan jama’ah tadi. Sseorang istri jauh jauh sudah memahami aktifitas suami apalagi lembaga yang ikut mengatur rotasi ibadah jihad ini. Untuk itu seorang mujahidah dalam berakhlaq dengan sebuah jama’ah hendaklah berperangai sebagai berikut:
» Berhusnuzhon terhadap Jama’ah, kepergian suami semata-mata karena untuk meringankan beban dalam menyeleseikan problematika ummat yang paling besar adalah “Cinta dunia dan takut mati.”
» Tidak sering-sering menanyakan akan kepulangan suami. Insya Allah Jama’ah sudah mempunyai standar dalam merotasikan ibadah ini. Minimal empat atau enam bulan. Sesuai dengan kejadian pada masa umar rodhiyallahu ‘anhu, ada seoranag wanita muslimah yang di tinggal suaminya berjihad dan tidak pulang-pulang, maka Umar bertanya kepada muslimah tadi : “Sebenarnya… berapa lama seorang muslimah kuat ditinggal suaminya ?” Jawab wanita tadi : “Empat bulan.” ( Ini ketika jihad fardhu kifayah. Akan tetapi ketika fardhu ‘ain maka tidak ada batasnya sampai hokum jihad itu berubah menjadi fardhu kifayah ).
» Tidak menerima informasi kecuali dari Jama’ah atau ikhwan yang ditugasi dalam menyampaikan informasi, sehingga tidak menyesal di kemudian hari. Sesungguhnya salah satu problem dalam Jama’ah ini kurang teraturnya lalu-lintas informasi sehingga banyak bias dari informasi yang benar atau banyak tafsiran-tafsiran yang akhirnya menimbulkan kesalah-pahaman sesama keluarga ikhwan.
» Tidak menyalahkan Jama’ah bila suami mengalami ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
» Tidak terlalu membanggakan suami dengan kepergiannya ke medan perang (dengan mengumbar cerita sesama akhwat).
» Menghadiri pertemuan ummahat bila tidak memberatkan, karena dengan tatap muka sesama akan menjadi perekat Jama’ah.

8. Akhlaq terhadap sesama kaum muslimin :
Terhadap segenap kaum muslimin hendaklah berakhlaq sebagai berikut:
» Peduli akan ummat. Dengan selalu membaca berita tentang tertindasnya dhuafa’ul muslimin ( kaum muslimin yang lemah ) di penjuru dunia
» Mendukung segala aktifitas ummat dalam tahridhuljihad (program mengumandangkan jihad).
» Membenci musuh musuh Islam dan muslimin dengan tidak membeli prodak- prodak musuh-musuh Allah terutama Yahudi dam Amerika.
» Berdoa untuk ummat Islam yang tertindas.

9. Akhlaq ketika suami datang dari berjihad:

Setelah lama ditinggal, maka seorang istri mujahidah hendaklah dalam menjemput kedatangan suami mempunyai akhlaq sebagai berikut:
» Menaburkan senyum pertama, sebagai ungkapan rindu berat karena lama ditinggal.
» Menuangkan segala keluh kesah dihadapan suami tanpa berlebihan
» Menceritakan kepada anak-anak bahwa abi-nya baru dari jihad agar di kemudian hari anak ketularan senang berjuang di jalan Allah.
» Mendorong suami untuk lebih semangat lagi dalam urusan jihad .
» Mengajak suami untuk bekerja keras mencari nafkah guna membiayai jihad yang akan datang. Sebagaimana para mujahidin Afghanistan. Bila dalam satu keluarga ada empat maka digulir yang dua berangkat yang lainnya mencari nafkah, dengan waktu minimal empat bulan. Inilah rotasi yang indah di kehidupan mujahidin…
» Senantisa berdoa semoga suaminya tetap istiqomah karena tidak sedikit suami yang datang dari jihad malah tidak aktif lagi karena dikecewakan oleh personal anggota Jama’ah. Dengan menyadari bahwa ukuran sebuah Jama’ah bukan diukur oleh personal yang ada, namun konsepnya apakah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosululloh shollallhu ‘alaihi wasallam.
Demikianlah sekilas serpihan dari untaian akhlaq muslimah, mujahidah, multazimah terhadap ajakan Allah dan Rosul-Nya. Khususnya ibadah jihad ini.
Kepada ummahat yang ditinggal suaminya… Inilah indahnya bersuamikan seorang mujahid…
Kepada ummahat yang suaminya belum berangkat… akan lebih indah kehidupan berumah tangga bila suami berangkat. Karena hikmah dari indahnya perjalanan ini bahwa sangat tidak enak bila suami selalu berdampingan terus, bila ditinggal, maka akan menumbuhkan kehidupan yang baru dan menambah kesetiaan terhadap suami.
Untuk akhwat yang belum menikah… apapun kekurangan mujahidin maka dia masih mempunyai nilai plus dibanding yang lainnya, ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat An nisa’ dan Sabda Rosululloh bahwa, sebaik -baik ibadah setelah beriman kepada Allah adalah berjihad di jalan Allah. Indah nya hidup bersama mujahid… ketika harus bersusah payah dalam mencari ridho Allah…
Indahnya hidup bersama mujahid… ketika ia hidup dalam naungan Al Qur’an dan As Sunnah…
Indahnya bersuamikan seorang mujahid… ketika ia harus mempertaruhkan segala kehidupan dunia untuk kehidupan akherat kelak.

Hiduplah semau kamu karena itu akan engkau tinggalkan
Cintailah semua yang engkau cintai…
Ingatlah semua itu akan berpisah…
Berbuatlah apa saja yang ingin anda berbuat…
Ingatlah semua itu akan ada balasannya…
Wallahu ‘Alam Bisshowab


semoga dapat membantu:)'padahal cuma mukhayam saja'

Senin, 12 November 2007

guide..petualangan seru

Paket Program OUTBOUND

Kami menyajikan program OUTBOUND yang selalu berbasis pada pengembangan SDM untuk spiritual, emosional, intelektual, fisik, keterampilan manajerial, keterampilan sosial dan profesional.

Paket OUTBOUND kami terdiri dari lingkup: Paket Pemberdayaan Diri (Self Empowering), Kepribadian (Personality), Kepemimpinan (Leadership), Pengembangan TIM (Team Building), Pengembangan Gagasan dan Karya (Productivity Development) dan Pengembangan Organisasi (Organization Development). Program didesain dengan jenis permainan low impact, midle dan high impact sesuai dengan paket program.
lanjuut klik
i'm adventure

Jumat, 02 November 2007

the ghost

Siapapun yang mendengar kata “hantu” tentu akan bergidik dan mulai terbesit berbagai bayangan aneh di pikiran kita. Lalu bagaimana jika hantu itu muncul di semak-semak hutan tepat di hadapan anda. Jika anda seorang kolektor atau penggemar anggrek, tentu bukannya takut, anda justru dibuat kagum dengan keunikan hantu yang satu ini.
Polyrrhiza lindenii…nama asli sang hantu. Anggrek “hantu” ini memang muncul secara tiba-tiba melayang di dahan-dahan pepohonan. Bagi kolektor anggrek, hal tersebut tidaklah aneh karena anggrek ini mengalami evolusi sehingga organ daunnya tereduksi. Tubuh tanaman ini hanya didominasi oleh organ akar sebagai alat untuk melekatkan dirinya pada batang pohon, sebagai alat fotosintesis maupun sebagai alat penyimpan kelembaban. Anggrek ini terkenal sulit dibudidayakan dan hingga kini statusnya masih sebagai anggrek dilindungi. Saat musim berbunga tiba, sebuah bunga berwarna putih kehiajauan dengan lidahnya yang besar muncul dari tandan yang kecil dan panjang, sehingga sekilas nampak bunga ini seperti melayang. Setelah bunganya gugur, sangatlah sulit untuk menemukan keberadaan tanaman ini karena akarnya yang pipih tersamar di sela-sela retakan kulit batang pohon. Justru karena “tingkah” inilah anggrek ini disebut sebagai anggrek hantu. Kadang muncul, tetapi beberapa waktu berselang anggrek ini hilang tanpa bekas. Siapa berani uji nyali!!(gbrnya nyusul deh,blogeernye lg lemotz:)
anggrek.org

Rabu, 24 Oktober 2007

Selasa, 23 Oktober 2007

empat hal setelah akad nikah (a)

Berikut ini adalah beberapa adab yang dilakukan oleh pasangan yang baru saja melakukan akad nikah sesuai dengan tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pembahasan ini kami nukilkan dari Kitab Adabuz Zifaf karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah halaman 19 sampai 26 (e-books dari www.albany.net).
Empat adab tersebut adalah:

1. Lemah-lembut terhadap Istri

Dalil dalam permasalahan ini adalah hadits tentang pernikahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah.

Di dalam hadits tersebut dikisahkan bahwa setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyunting ‘Aisah radhiyallahu ‘anha, beliau mendapat suguhan segelas susu. Beliau pun minum susu tersebut dan lalu menyuguhkannya pula kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

1. Meletakkan Tangan di atas Kepala Istri kemudian Mendoakannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuntunkan kepada para suami, ketika mereka menikahi seorang wanita, hendaklah mereka memegang ubun-ubunnya, membaca basmalah, mendoakan keberkahan dan membaca:
ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MIN KHAIRIHA WA KHAIRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI. WA A’UDZUBIKA MIN SYARRIHA WA SYARRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI

Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadamu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadamu dari kejelekannya dan kejelekan yang engkau tetapkan atas dirinya”

Selasa, 09 Oktober 2007

unsur cinta menurut Erich Fromm

- Care (perhatian:Cinta harus didefinisikan perhatian pada objek yang dicintai
-Responsibility (tanggung jawab):Cinta harus melahirkan sikap bertanggung jawab terhadap objek yang dicintai
- Respect (hormat:Cinta harus melahirkan sikap selalu berikhtiar untuk tidak mengecewakan objek yang dicintai
- Knowledge (pengetahuan):Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai


Berapa takaran cinta yang akurat? Rasulullah bersabda: "Cintailah kekasihmu sekedarnya/ secukupnya / sewajarnya. sebab bisa jadi suatu saat dia menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu sekedarnya, sebab bisa jadi suatu saat dia menjadi kekasihmu" [HR. At Thirmidzi]
Bagaimana agar cinta tidak menghantarkan raga kedalam nista?
Bimbinglah cinta dengan rambu2 ilahi, sabda rasulullah, "siapa yang cinta karena Allah dan benci karena Allah sungguh telah sempurna imannya".

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah...." [Qs. Al Baqarah 2: 165]

Mengatasi Problema cinta

Cinta merupakan kondisi jiwa yang sangat menentukan jalan seseorang, jika cinta seseorang dilandasi hanya emosi jiwa semata, maka cinta itu akan diperbudak oleh hawa nafsunya. tetapi jika cintanya itu dilandasi oleh cahaya Allah, maka cintanya akan selalu mendapat bimbingan Allah swt diakhirat kelak.

Sebagaimana firman Allah:
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." [Qs. Al Furqaan 25: 44]

Senin, 08 Oktober 2007

KISS me easy^_^,


Seringkali kita terkecoh saat menghadapi suatu masalah, dan walaupun masalah tersebut terpecahkan,tetapi pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.
Kasus 1
Salah satu dari kasus yang ada adalah kasus kotak sabun yang kosong, yang terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang. Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun (terbuat dari bahan kertas) kosong. Dengan segerapimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman.
Karena suatu alasan, ada satu kotak sabun yang terluput dan mencapai bagian pengepakan dalam keadaan kosong . Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong. Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.

Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama,ia tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda.
Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin tersebut,kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan, karena kotak sabun terbuat dari bahan kertas yang ringan.

Kasus 2
Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena.
Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu dekade dan 12 juta dolar.
Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol,terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperaturmulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius.

Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia? Mereka menggunakan pensil!

Kasus 3
Suatu hari, pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya. Para pelanggan mulai merasa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. Dia (pemilik) mengundang sejumlah pakar untuk memecahkan masalah ini.

Satu pakar menyarankan agar menambah jumlah lift. Tentu, dengan bertambahnya lift, waktu tunggu jadi berkurang. Pakar lain meminta pemilik untuk mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi, semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Tetapi, satu pakar lain hanya menyarankan satu hal, "Inti dari keluhan pelanggan anda adalah mereka merasa lama menunggu". Pakar tadi hanya menyarankan untuk menginvestasikan kaca cermin di depan lift,agar pelanggan teralihkan perhatiannya dari pekerjaan "menunggu" dan merasa "tidak menunggu lift".

Moral cerita ini adalah sebuah filosofi yang disebut KISS (Keep It Simple Solution), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya.
Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada.
Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah.

(from the inspirate)

Senin, 01 Oktober 2007

kecubung


















Kecubung (Daura Metel) termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu dan tebal. Cabangnya banyak dan mengembang ke kanan dan ke kiri sehingga membentuk ruang yang lebar. Namun demikian, tinggi dari tumbuhan kecubung ini kurang dari 2 meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan pada bagian tepiannya berlekuk-lekuk tajam dan letaknya berhadap-hadapan. Bunga kecubung menyerupai terompet dan berwarna putih atau lembayung. Buahnya hampir bulat yang salah satu ujungnya didukung oleh tangkai tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah kecubung, bagian luarnya, dihiasi duri-duri dan dalamnya berisi biji-biji kecil berwarna kuning kecoklatan. Selain Kecubung Kasihan (Datura Metel) ada juga jenis lain, yaitu Kecubung Kecil (Datura Stramonium) dan kecubung Hutan (Brugmansia Suaveolens, Humb, Bonpl, ex Wild, Bercht dan Presl). Kecubung cocok hidup di daerah dataran rendah sampai ketinggian tanah 800 meter di atas permukaan laut. Selain tumbuh liar di ladang-ladang, kecubung juga sering ditanam di kebun atau pelataran halaman rumah di pedesaan. Perbanyakan tanaman ini melalui biji dan stek.
Nama Lokal :
Kecubung (Jawa, Sunda), Kacobhung (Madura), ; Bembe (Madura), Bulutube (Gorontalo), Taruapalo (Seram); Tampong-tampong (Bugis), Kucubu (Halmahera, Ternate); Padura (Tidore), Karontungan, Tahuntungan (Minahasa).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Asma, Reumatik, Sakit pinggang, Pegel linu, Bisul, Eksim.
1. Asma (Mengi atau Bengek)
a. Bahan: 10 lembar daun kecubung
Cara membuat: Daun kecubung diiris-iris (dirajang) dan dijemur sampai kering;
Cara menggunakan: Dipakai untuk merokok dengan bungkus kelobot jagung.

b. Bahan: daun dan bunga kecubung secukupnya
Cara membuat: daun dan bunga kecubung diiris-iris (dirajang) dan dijemur sampai kering;
Cara menggunakan : Dipakai untuk merokok sebagai gantinya tembakau.

2. Reumatik
Bahan: daun kecubung dan minyak kelapa
Cara membuat: daun kecubung diremas-remas sampai layu, kemudian diolesi dengan minyak kelapa dan dipanggang di atas api;
Cara menggunakan : Dalam keadaan hangat-hangat ditempelkan pada bagian yang sakit.

3. Sakit pinggang/Boyok, Reumatik, Pegel-Linu, Memar dan Bisul
Bahan: 4 lembar daun kecubung dan kapur sirih secukupnya;
Cara membuat: Kedua Bahan tersebut ditumbuk (dipipis) sampai halus dan dibuat adonan sampai merata;
Cara menggunakan: dipakai untuk bedak atau param gosok pada bagian yang sakit.

4. Eksim
Bahan: 3 lembar daun kecubung dan minyak kelapa;
Cara membuat: daun kecubung ditumbuk halus, ditambah dengan minyak kelapa, kemudian dipanggang di atas api;
Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat dipakai untuk menggosok bagian badan yang kena eksim.

Komposisi :
Kecubung (Datura Metel) mengandung beberapa senyawa kimia, diantaranya : hiosin, co-oksalat, zat lemak, atropin (hyosiamin) dan skopolamin. Kecubung yang berbunga putih sering dianggap paling beracun dibanding jenis kecubung lainnya yang juga mengandung zat alkaloida. Untuk itu pemakaiannya sangat hati-hati dan terbatas sebagai obat luar. Perhatian!! Apabila seseorang keracunan kecubung, usahakan jangan sampai tertidur. Dan untuk melawan keracunan tersebut adalah dengan minum kopi yang keras dan usahakan supaya menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.

Rabu, 19 September 2007

zho dam

Inilah Kitab Zho Dam. Zho dalam bahasa Urwun berarti besar, sedangkan Dam berarti darah. Jadi Zho Dam dapat diartikan perjuangan sampai titik darah penghabisan. Karena para pendekar Lanah ahli Shurulkhan itu adalah pejuang juga ulama yang mempertahankan Islam, maka Zho Dam dapat diartikan perjuangan sampai titik darah penghabisan untuk membela Islam (Syahid).
Kitab ini ditulis oleh Ahmad Syiharani, seorang pendekar Thifan berdasarkan cerita Sukhu-Sukhu (guru) dan pendekar-pendekar Shurulkhan, maka kitab ini disebut cerita atau hikayat, bukan tarikh/sejarah karena sejarah itu harus berdasarkan pada bukti-bukti dan kesaksikan tentang suatu kejadian pada suatu zaman. Semula kitab ini berbahasa Urwun Cina kemudian diterjemahkan oleh Hang Nandra Abu Bakar (Hulubalang Kerajaan Iskandar Muda) ke dalam bahasa Melayu Kuno kemudian disusun kembali oleh Ibtidain Hamzah Khan, hal itu agar mudah dimengerti oleh Tamid-Tamid (muridmurid) Shurulkhan. Sedangkan susunan cerita masih tetap berdasarkan kitab aslinya. Selain Kitab Zho Dam ini masih ada dua kitab Shurulkhan lainnya, yaitu : Kitab Jurus dan Kitab Pengobatan.

Adapun isi yang terkandung dalam kitab ini adalah perkembangan Shurulkhan (Thifan dan Syufu), Nizam-I-Lanah dan kisah perjuangan para Sukhu dan Ahund Shurulkhan, di antaranya kisah Je'nan, Ismet Kitti, Anwar Shin, Timur Latep Baber, Uzair Syun, Nana Fun, Selim Tsepang dan lainnya yang sekilas diceritakan.

Adapun arti dari Shurulkhan adalah Siasat Raja-Raja dan Syufu Taesyu Khan artinya Gerakan Raja-Raja dan Thifan Po Khan artinya Pukulan Para Raja/ Bangsawan dari daerah Thurfan. Karena kalimat Thifan berasal dari kalimat Thurfan, yaitu ibu kota Turkistan Timur. Hal ini disebabkan karena Shurulkhan pada waktu itu dikelola oleh Kerajaan Islam dan hanya diperuntukkan untuk kaum muslimin yang mau berjihad menegakkan agama dengan syarat yang sangat selektif, di antaranya tekun mencari ilmu agama juga menetap di suatu lanah sampai waktu tertentu dan mau berda'wah untuk Islam, maka tidak asing lagi kalau yang membawa Thifan ke Indonesia adalah tamid-tamid Thifan dari Lanah Thurfan yang menjadi da'i, yaitu pada tahun 1678 M, yang mula-mula masuk melalui daerah Pidi Aceh hingga berhasil masuk ke Kerajaan Iskandar Muda. Lalu menyebar ke Riau, Muko-Muko lalu ke Malaysia dan ke pulau Jawa di daerah Bandung, Jawab Barat. Pada tahun 1960-an Thifan sangat semarak di Bandung karena pada waktu itu ummat Islam mempunyai musuh yaitu PKI, tetapi setelah PKI berhasil ditumpas orang-orang Islam berhenti berlatih. Kemudian pada tahun 1970-an muncullah beladiri-beladiri yang membawa kemaksiatan, bahkan kemusyrikan, maka guru besar Thifan Ustadz Marsedek (Umar Sidik) membuka Lanah Thifan untuk merekrut pemuda muslim agar tidak terjerumus dalam aliran beladiri tersebut, mulai saat itulah Thifan berkembang ke kotakota besar di Jawa Barat, seperti Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Kuningan, bahkan pada tahun 1980-an Thifan mulai menyebar ke daerah lain, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dll.



Selasa, 18 September 2007

Ramadhan Cinta


Ramadhan adalah bulan pembuktian cinta.
Ketundukan adalah cinta, kebajikan adalah cinta,
derma adalah cinta, dan menata jiwa lebih dewasa adalah cinta.
Ramadhan, saatnya memberi makna istimewa pada cinta kita.
(Anis Matta)

Dan, Ramadhan kembali tiba. Sudah siapkah kita menyambutnya? Tentu, setiap diri kita punya jawaban masing-masing. Jawaban yang berbeda-beda. Sungguh beruntung mereka yang penuh suka cita menyambutnya, dengan perasaan senang karena dipertemukan lagi dengan bulan yang mulia ini. Merugi, mereka yang biasa saja, bermalas-malas menyambutnya, apalagi mereka yang tak senang atau merasa terkekang karenanya. Padahal kalau kita memahaminya, sungguh banyak hikmah yang bisa dipetik pada setiap Ramadhan tiba.

Di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, "Puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya. " (HR. Muttafaqun 'Alaih). Dalam dimensi ini, kita memaknai bagaimana ibadah puasa adalah ibadah khusus. Ini adalah kesempatan kita untuk membuktikan cinta, kerendahan hati seorang hamba kepada sang khalik. Apa yang kita lakukan, puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan, Dialah yang akan membalasnya. Bulan ini juga memberi kesempatan kita terhapus atas segala dosa-dosa kita. Do'a-do'a ampunan atas segala kesalahan terkabulkan, tentu dengan semangat pengharapan terdalam dari diri kita.

Lewat perantaraan Rasulullah, juga disebutkan tentang keistemewaan orang yang berpuasa, "Sesungguhnya di surga ada satu pintu bernama Ar-Rayyan, dari pintu ini akan masuk orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat, tidak ada siapapun selain mereka yang akan memasuki pintu ini, dikatakan, mana orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka semua berdiri, tidak ada satupun yang memasuki pintu ini, jika orang-orang yang berpuasa telah masuk, maka pintu itu ditutup, sehingga tidak ada seorang pun selain mereka yang memasukinya" (HR. Muttafaqun 'Alaih).
Inilah dimensi transendental. Dimensi ketuhanan. Allah SWT telah menjanjikan kepada hambaNya dengan kenikmatan kelak di kemudian hari jika benar-benar melakukan ibadah puasa dengan semestinya, sesuai sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah. Maka, tak ada yang kita lakukan, selain kita memaknai bulan ini dengan bulan pembuktian cinta kita. Kita isi hari-hari puasa kita dengan ibadah-ibadah untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Bukan untuk apa-apa, semata-mata untuk meraih keridhaan Allah saja.

Lantas, bagaimana dimensi kemanusiaannya? Puasa, sebenarnya ada wujud solidaritas kemanusiaan. Sebulan penuh kita melakukan puasa, menahan lapar dan haus sepanjang pagi dan siang. Makna yang bisa kita ambil sebenarnya melatih kepekaan sosial kita, kepedulian kita kepada sesama. Kita, mungkin hanya sebulan merasakan lapar dan dahaga, tapi di luar sana, bisa jadi teramat banyak yang setiap hari menahan lapar, sudah terbiasa hidup dengan amat kesulitan dan memprihatinkan. Para pengemis itu, gelandangan itu, buruh-buruh kasar itu, orang-orang pinggiran kota itu, petani miskin itu.

Sungguh, inilah bulan pembuktian cinta kita kepada sesama. Melihat dengan mata hati kita, teramat bersyukur kita sebenarnya. Sepanjang pagi dan siang mungkin kita sama-sama menahan lapar. Tapi ketika sore tiba, saat berbuka puasa, makanan-makanan enak masih sempat kita santap. Tidakkah kita pantas bersyukur karenanya? Bagaimana pembuktiannya, salah satunya adalah dengan derma kita untuk sesama, semangat untuk memberi dan berbagi dengan sesama. Kita asah mata hati kita untuk lebih peka atas nasib dan penderitaan orang lain. Lantas, kita berikan kebahagiaan sepanjang kita bisa untuk mereka. Membuat mereka sejenak tersenyum.

Demikianlah Ramadhan cinta menyapa kita, tidakkah kita merindukannya?
*************************************************************************************
berita bengkulu;
Dari lapangan tentang kebutuhan para pengungsi antara lain sembako, tenda family, susu balita, pakaian dalam (wanita), pembalut wanita, alat penerangan, tikar dan selimut serta tim medis beserta obat-obatan
berita sumbar;
Sementara itu, gempa juga melanda Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dengan tingkat kerusakan yang tak kalah dengan Bengkulu. Salah satu wilayah terparah di Pesisir Selatan adalah Painan, ibukota kapubapaten.

Terdapat 6 kecamatan yang dilaporkan terkena dampak langsung guncangan gempa, yakni kecamatan Lunak Silaut, kecamatan Tapan, kecamatan Ranah Pesisir, kecamatan Lenggayang, kecamatan Linggusari Baganti dan Kecamatan Sutra.
Dari enam kecamatan itu, kecamatan Lunak Silaut paling parah. Tercatat sedikitnya 1.000 rumah rusak berat akibat gempa. Sedangkan di Kecamatan Tapan, tidak kurang dari 400 rumah hancur. Sementara di Ranah Pesisir 500 rumah rusak.

Masyarakat Pesisir Selatan sangat membutuhkan bantuan, terutama sembako, tenda, air bersih, dan tim medis.


Selasa, 11 September 2007

Soft Self Defense

Melindungi yang dianiaya, mencegah yang menganiaya
Menang tanpa merendahkan lawan, menang tanpa perang
Lawan jadi kawan, musuh jadi sahabat
Beladiri yang paling baik adalah "Sopan Santun"

skill minimal kepanduan

Buku ‘ Memandu untuk Putera ‘ oleh L.B. Powell disebutkan tentang hal-hal utama yang harus diketahui oleh para kepanduan adalah sebagai berikut ;
Hidup di luar
Berkemah adalah sesuatu yang menyenangkan dalam hidup seorang Pandu. Hidup dalam alam yang terbuka, mempunyai tenda sendiri, mengadakan penyelidikan sendiri dan survival, itu semua membawa kesehatan dan sebagai tempat tinggal yang tidak di dapat di rumah.
Rihlah juga merupakan salah satu pengalaman yang menyenangkan di mana kita dapat mentadaburi alam luas ini dan pergi ke suatu daerah yang kadang belum terjamah oleh tangan-tangan manusia. Hal ini menambah kekuatan dan keuletan sehingga pandu tidak perlu menghiraukan hujan dan udara panas atau dingin. Pandu menerima semua masalah dengan kesabaran dan senyum karena pada akhirnya kitalah yang menang.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. 2:155)

Hidup di luar (Outdoor) harus memahami benar apa yang harus dikerjakan. Pandu harus tahu cara mendirikan tenda atau tempat air untuk diri-sendiri, membuat api, memasak makanan, tali-temali, cara menemukan jalan baik di siang maupun malam hari. Hal itu hampir tidak pernah kita lakukan di rumah atau kota, karena adanya fasilitas yang sudah tersedia. Jika berkemah dilakukan oleh orang yang tidak pernah berkemah maka akan tersadarlah bahwa meraka butuh banyak pertolongan untuk hidup di alam. Bahkan seorang atletpun belum tentu mampu untuk bertahan di alam bebas.
Woodcraft
Woodcraft adalah pengetahuan tentang binatang-binatang dan alam. Kemampuan mengikuti jejak-jejak binatang serta mampu mendekati serta dapat melihat keadaan dan kebiasaannya sangat diperlukan bagi seorang pandu.
Kesenangan dalam memburu binatang terletak pada kepandaian mengintainya bukan pada membunuhnya. Ajaran Islam tidak membolehkan untuk membunuh binatang kecuali untuk maksud di makan atau karena binatang itu merugikan. Woodcraft mengandung kecakapan akan membaca artinya, tentang kemana dan bagaimana kondisi binatang tersebut.

Kemampuan woodcraft memungkinkan pandu lebih teliti dalam membaca tentang suatu kejadian atau ciri-ciri seseorang dan bahkan mampu melihat apakah seseorang atau saudara kita membutuhkan pertolongan kita.
Kesatriaan
Seorang muslim harus menganggap kehormatan mereka sebagai hak mereka dan wajib diperjuangkan. Hal-hal yang licik dan keji dalam setiap peristiwa tidak boleh mereka lakukan. Pandu senantiasa bersedia perang serta terbunuh untuk menjunjung tinggi kalimatullah atau kehormatan mereka (konteks kesyahidan).
Peraturan-peraturan kesatria.
•Simpul kesatria harus selalu kompak dalam keadaan bagaimanapun juga dan menjalankan cita-cita tertinggi mereka.
•Pandu taat pada Allah, Rasul dan Ulil ‘Amr (pimpinan)
•Pandu kasih sayang kepada sesama dan keras terhadap orang-orang kafir
•Pandu suka menolong
•Pandu rela bekerja untuk kebangkitan umat dimanapun mereka dibutuhkan
•Pandu melatih diri mereka mempergunakan senjata untuk melindungi diinnya
•Pandu menjaga supaya mereka tetap kuat, sehat serta aktif agar dapat menjalankan hal-hal itu dengan baik.
Seorang pandu harus senantiasa bekerja dengan sebaik-baiknya dan seorang muslim tidak boleh terperosok dalam lubang yang sama dua kali. Aktivitas (amaliah) kebaikan pandu harus dapat dilakukan secara rutin walaupun sedikit karena Allah menyukai orang-orang seperti ini.
Menyelamatkan hidup
Pandu harus mampu mengetahui langkah-langkah penyelamatan terutama ketika terjadi kecelakaan, terhadap korban bencana alam dan korban tenggelam. Semua itu harus dilakukan secara sistematis dan teratur.

Senin, 10 September 2007

storie

Kisah Klasik Masa Depan, Cerita dirinya akan diriku

Seharusnya, minggu berharga adalah jeda waktu kita berbicara. Mengungkapkan tumpukan rasa yang tak sempat terungkap dalam selipan rutinitas harian. Tapi tidak untuk hari ini. Sebuah tas carril biru besar sudah penuh terisi. Selipan beberapa trash bag tampak tersembul di antara tumpukan kaos Pandu Keadilan yang tersusun rapi, dua buah pisau combat, beserta celana gunung .

Sebelum pergi, mari kita bicara sejenak tentang warna-warni, seperti minggu sebelumnya. Walau mungkin tak mampu mengungkap semuanya karena kejaran waktu.

"Surat wasiat ada di kotak putih, buka jika ada hal darurat," suara beratmu menghujam.

Dan aku hanya terdiam di pojokan, mengangguk dengan jawaban pelan. Menatap punggung belakangmu yang mulai menutup carril biru mu. Mengamati beberapa helaian putih yang mulai banyak tumbuh pada rambut dan keriput tua yang menghiasi wajah kerasmu. Sepuluh tahun meniti, kebahagiaan apa yang telah aku berikan untukmu? Dentuman hati bertanya dalam gagu.

"Cuma dua hari, paling lama tiga hari," Tiba-tiba mata itu menatap dihiasai senyum.

Sebuah mata teduh yang kelihatan menua. Sedang aku tak berani menatap lama mata itu. Terlalu banyak keluh kesah yang sering aku tanggalkan di sana. Terlalu banyak kepenatan yang sering aku curahkan di sana. Mata hitam yang tak jernih namun selalu mampu menenangkan samudera gelisahku. Untuk berlabuh dalam kesetiaan.

Tiga hari hanya sebentar. Tak seharusnya si cengeng menggelayuti rasa. Membayangkan ruangan sempit yang akan menjadi lapang dan kosong tanpa kehadirannya, sepi, sendiri. Ah, kenapa selalu ada sendu saat ia akan pergi.

Beningku ingin berbisik di telinganya, "Semoga Allah SWT melindungi di mana saja berada. Kehadiranmu semakin bermakna saat tak ada."



Jumat, 24 Agustus 2007

siapa kita?

siapa kita adalah memilih jadi apa kita, alam membuat kita memiliki pilihan dan Allah memberi kita kebebasan bertindak.
lalu Allah akan berikan kita dua hadia luar biasa Syurga dan neraka.
just it,not more!

all it's just 'choice' so chose it better.

Amerika dan simbol setan...

Dari seluruh negara yang ada di permukaan dunia, hanya Amerika Serikat yang lambang negaranya terdiri dari dua sisi dan masing-masing sisinya sarat mengandung simbol setan. Benarkah itu?

Dasar filosofi suatu negara terletak pada Lambang atau Simbol negaranya. Di mana pun di dunia ini, maknanya selalu demikian.

Amerika Serikat yang resmi berdiri pada tahun 1776, memiliki Lambang Negara yang cukup unik karena memiliki dua sisi. Satu sisi bergambar Burung Elang yang mengembangkan sayap dan kedua kakinya mencengkeram anak panah dan daun zaitun, sedangkan sisi lainnya bergambar piramida masonik.

Di atas kepala burung elang tersebut, ada sekumpulan bintang yang membentuk susunan Bintang David.

Bila dicermati, lambang negara Amerika Serikat ini dipenuhi dengan berbagai simbol yang seluruhnya mengarah kepada angka 13. Angka 13 sendiri sejak lama sudah dikenal dunia sebagai angka mistis yang sarat dengan pemujaan terhadap setan.

Selain sebagai angka setan, 13 juga bisa dianggap menyimbolkan 13 suku Israel, di mana suku ke-13 adalah Suku Benjamin yang terbuang. Atau 13 juga menyiratkan banyaknya jumlah koloni Inggris di Amerika saat Inggris masih berkuasa di benua itu. Apa pun, angka 13 ternyata memang banyak terdapat di lambang negara adidaya tersebut. Inilah buktinya:
Sisi Burung Elang, angka 13 terdapat di:
• 13 bintang di atas kepala Elang membentuk Bintang David.
• 13 garis di perisai atau tameng burung.
• 13 daun zaitun di kaki kanan burung.
• 13 butir zaitun yang tersembul di sela-sela daun zaitun.
• 13 anak panah.
• 13 bulu di ujung anak panah.
• 13 X 9 titik yang mengitari Bintang David di atas kepala Elang.

Sisi Piramida Masonik, angka 13 terdapat di:
image• 13 huruf yang membentuk kalimat ‘Annuit Coeptis’
• 13 huruf yang membentuk kalimat ‘E Pluribus Unum’
• 13 lapisan batu yang membentuk piramida.

lengkapnya lihat disini

Rabu, 22 Agustus 2007

susu jagung

susu jagung..yah susu jagung, hasil krativitas temen-temen Institut Pertanian Bogor yang berhasil meramu susu jagung. Cocok untuk diet dan bisa dikonsumsi penderita diabetes.Usaha enam bulan itu tidak sia-¬sia. Mereka bergelut mencari formula susu jagung yang tepat dan memperkenalkan serta memasarkannya sendiri di lingkungan kampus.
Dengan wajah berseri, lima anak muda itu naik panggung diiringi aplaus para hadirin. Malam itu, Selasa dua pekan lalu, mereka menerima penghargaan Young Entrepreneurs Award 2007 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Hadiah itu adalah ganjaran bagi prestasi mereka meramu susu jagung yang kini mulai dikonsumsi sebagian masyarakat.
Sarinada—begitulah kelima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menamai kelompok mereka. Sebutan itu adalah singkatan dari nama mereka: Ahsan Sihotang, 19 tahun, Ari Try Purbanyanto (22), Nadiyah Khaeriyyah (19), Muhammad Akhlis Mustaghfiri (22), dan Linda Mikowati (20). Di kampus IPB, mereka menyisihkan 400-an kelompok yang berebut tiket ke final di hotel bintang lima.
Ahsan dan kawan-kawannya menyabet penghargaan kedua di bawah kelompok mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang memasarkan hiasan dari kerang.
Penghargaan yang diberikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional ini memang lebih menyoroti kreativitas mahasiswa dalam kewirausahaan. Maka hiasan kerang menyabet juara pertama.
Namun, temuan produk susu jagung adalah karya yang amat inovatif dan bisa menjadi alternatif di saat harga susu terus melonjak. "Susu jagung bisa diproduksi dalam skala besar," kata seorang juri. Ahsan yang memimpin proyek peracikan susu jagung mengatakan, ide awal muncul ketika ada tawaran dana dari Dirjen Dikti kepada mahasiswa yang mau melakukan penelitian sekaligus mengembangkan bisnis.
Ahsan tertarik. Akhir tahun lalu, ia membentuk kelompok yang terdiri dari rekan-rekannya di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, yakni Diah dan Linda. Adapun Ari dan Ikhlas berasal Jurusan Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian. Selama sepekan lima sekawan ini berunding. Mereka pun sepakat membuat susu jagung.
Ide ini dipinjam dari skripsi sekaligus hasil penelitian kakak kelas mereka, Berta Setya Rini, mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Proposal pun dibuat. Sebulan berselang, yakni pada Januari 2007, mereka mendapat bantuan dari Dirjen Dikti sebesar Rp 4,5 juta. "Ini modal awal penelitian untuk pembeli alat-alat dan bahan baku pembuat susu," kata Ahsan.
Peralatan yang dibeli antara lain blender, kompor, panci, saringan, dan baskom. Bahan baku pembuat susu adalah jagung manis (zea mays sacc), gula pasir, dan air. Bulan pertama menjadi masa percobaan. Mereka berupaya mencari takaran yang tepat. "Sebenarnya tidak sulit. Masalahnya adalah mencari formula yang tepat sehingga rasanya enak," kata Nadiyah, mahasiswi semester IV.
Cara pembuatan susu jagung ternyata sederhana saja. Setelah direbus, jagung dilumatkan dalam blender. Hasil dari blender lantas diperas dan disaring menjadi susu jagung. Untuk pengental, Ahsan menambahkan CMC (Carboxymethylcellulose) bahan dasar pembuat agar-agar. Namanya juga susu jagung, tentu saja bau jagung tak bisa dihilangkan. "Ini justru membantu orang yang tidak suka dengan bau amis susu," kata. Ahsan.
Ternyata penambahan CMC memunculkan masalah. Awalnya zat kimia ini bisa menyatu, tapi setelah disimpan beberapa jam ada cairan CMC yang mengendap. Selain itu, susu sempat terasa kasar dan seperti tersangkut di tenggorokan. Kedua masalah itu pun teratasi. CMC diganti dengan susu skim. Untuk menghaluskan cairan susu, jagung diblender lebih lama lagi. Formula yang tepat akhirnya ditemukan.
Merasa percaya diri dengan formula itu, kelompok Sarinada mulai melakukan uji pasar. Susu dibagikan secara gratis kepada mahasiswa, dosen, dan pejabat kampus. Mereka yang mencicipi diminta mengisi kertas saran. Berbagai masukan diterima, di antaranya ada yang menginginkan susu jagung tetap berwarna kuning seperti bahan bakunya. Ada yang meminta agar rasa jagung tak dihilangkan dan susu dikemas menggunakan gelas plastik seperti susu segar lainnya.
Setelah kemasan susu lebih baik dan menarik, mereka mencoba menjualnya ke kantin-kantin kampus dan menawarkan langsung ke mahasiswa. "Ternyata banyak yang suka, mungkin karena harganya hanya Rp 1.500,” kata Ahsan. Susu yang diberi nama 0-ThanX—mengutip potongan nama belakang Ahsan—itu kini beredar di semua kantin dan koperasi kampus IPB. Setiap ada kegiatan kampus, susu 0-ThanX selalu hadir sebagai pelengkap hidangan.
Kelebihan susu jagung dibandingkan dengan susu sapi atau kedelai: bahan bakunya mudah didapat dari petani setempat dengan harga tidak terlalu tinggi. Jagung tidak mengandung lactate intolerance (yang membuat susu bau amis). Susu jagung mengandung serat lebih banyak, cocok buat mereka yang diet. Tapi susu ini hanya bertahan satu hari jika disimpan di luar. Daya tahannya bisa mencapai dua pekan jika disimpan dalam lemari pendingin.
Manajer Mutu Pengujian LaboratoriumTeknologi Industri Pertanian IPB, Dwi Setyaningsih, mengatakan, susu jagung mengandung karbohidrat tinggi (lihat tabel kandungan) yang berguna memulihkan stamina. Serat jagungnya membantu melancarkan pencernaan. Dan kadar gula rendah membuat susu ini cocok untuk diet. "Penderita diabetes bisa meminum susu ini," kata Dwi yang mengawasi proyek lima mahasiswa tersebut.
test new read more


Senin, 20 Agustus 2007

"Cinta itu indah, karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yg luas, dan inti pekerjaannya adalah memberi.
Memberi apa saja yg diperlukan oleh org2 yg kita cintai utk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya" (Anis Matta)

‘aku jadi bodoh’
Entah mulai kapan, entah waktu yang diam atau aku yang tak mendengar
Entah sejak peristiwa apa, entah milestone keberapa
Diriku kehilangan sensitivitas
Entah sejak kapan rasa dirinya hadir dalam debu kehidupan yang kuhirup
Aku tah tahu, tak merasa kehilangan sensitivitas,
kehilangan rasa hati terganti rasa aneh yang perlahan menjadi dahaga
Perlahan menghapus cinta terbesarku
memecahnya menjadi batu hati yang mendebu
mendadak menghilangkan segala kontrol atas mata dan hati
kini rasa kebodohan ini membesar

satu cara dalam hatiku berbicara
HANCURKAN dia atau dia akan menghancurkan
Hilang kan dia, usir dia dari dalam jenak nafas kehidupan
Parasit rasa yang menempel pada hati
Kehancurannya mungkin juga mematikan inangnya

Orang-Orang yang Merdeka

Setiap tanggal 17 Agustus, negara kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Yang mana di tahun ini usia kemerdekaan negara kita sudah menginjak usia yang ke 62 tahun. Seperti biasa, di setiap daerah diadakan berbagai kegiatan, dari mulai mencat pagar, bikin gapura, umbul-umbul, dan sederet kegiatan lainnya berupa perlombaan-perlomba an yang mencerminkan semangat juang yang tinggi, sebagaimana para pejuang dahulu.

Kemerdekaan adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah karuniakan pada manusia. Derajatnya lebih tinggi daripada nikmat kehidupan. Allah SWT memberi nikmat kehidupan tidak hanya pada manusia, tapi juga pada hewan dan tumbuhan. Tidak demikian dengan nikmat kemerdekaan, nikmat ini khusus diberikan pada manusia.

Maka, dengan kemerdekaanlah, manusia memiliki kualitas hidup lebih tinggi dari makhluk lainnya. Dengan kemerdekaan pula, manusia berkesempatan mendapatkan nikmat Allah tertinggi, yaitu nikmat hidayah (keimanan), sehingga kedudukannya melambung tinggi melebihi malaikat.

Dan dengan kemerdekaan pula, kedudukan manusia bisa jatuh ke tempat yang paling rendah, lebih rendah dibanding hewan. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. " (QS. At-Tiin [95] : 4-6).
Hanya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh saja yang beruntung dan inilah orang-orang yang berkualitas. Oleh karena itu, tak usah heran bila orang-orang yang berkualitas ini lebih memilih terpenjara fisiknya, daripada terpenjara mental, emosi, atau ruhaninya. Yang mana, mereka menggunakan nikmat kemerdekaannya untuk tetap taat kepada Allah SWT, sehingga bagaimana pun kerasnya rintangan yang dihadapi dalam taat kepada Allah SWT, tidak akan mampu untuk mengalahkannya atau merubahnya. Sebagaimana kisahnya Yasir dan isterinya Sumayyah yang dibunuh secara keji oleh Abu Jahal.

"Abu Jahal yang kekar dan tinggi besar, berjalan tergopoh-gopoh menuju rumah Yasir. Ia sengaja datang kepada keluarga sederhana itu untuk melampiaskan kemarahannya. Setiba di rumah Yasir, segera Abu Jahal menghardik Yasir, mengumpatnya dan menyuruhnya untuk keluar dari agama Muhammad yang baru. Tetapi dengan tegar, Yasir yang mulai renta berkata tidak. Abu Jahal kian marah. Tetapi, Yasir tetap pada pendiriannya. Tidak, tidak mungkin baginya kembali kepada kemusyrikan, setelah Allah memberinya cahaya petunjuk yang sangat indah.

Akhirnya, kemarahan Abu Jahal sampai pada puncaknya. Dengan sekuat tenaga, Abu Jahal mencekik Yasir. Sesuatu yang terjadi sesudah itu bisa sangat dibayangkan, Yasir gugur syahid menemui ajalnya. Setelah itu, Abu Jahal bergegas mencari isteri Yasir, Sumayyah. Setelah bertemu, ia juga memaksa Sumayyah untuk keluar dari Islam. Tetapi, Sumayyah dengan tegas menolak. Abu Jahal semakin kesetanan. Tetapi, Sumayyah tetap tenang. Tidak mungkin baginya menjual ajaran tauhid yang baru saja ia rengkuh, dengan tunduk pada kepongahan Abu Jahal, sedetik pun. Hingga akhirnya, Abu Jahal menombak perut Sumayyah. Isteri Yasir itu pun gugur syahid, menjadi wanita pertama yang syahid dalam Islam." (Tarbawi, Edisi 41, Agustus 2002).

Atau juga kisahnya Nabi Yusuf AS, Bilal bin Rabbah, Imam Hanafi, Imam Ibnu Taimiyah, Sayyid Quthb, Zainab, Al-Ghazali, hingga Hamka di Indonesia, adalah sosok yang lebih suka terpenjara fisiknya, daripada terpenjara ruhaninya. Fisik mereka terpenjara, tapi hatinya merdeka.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, seorang ulama besar yang juga murid kesayangan gurunya (Ibnu Taimiyah), menukilkan sebuah senandung gurunya, "Apakah gerangan yang akan diperbuat musuh-musuhku kepadaku? Syurgaku dan kebunku ada di dadaku. Ke mana pun aku pergi, dia selalu bersamaku dan tidak pernah meninggalkanku. Sesungguhnya penjaraku adalah tempat khuluwatku, kematianku adalah mati syahid, dan terusirnya diriku dari negeriku adalah rekreasiku."

Dalam kehidupan sekarang ini, banyak orang yang merdeka fisiknya, tapi hidupnya terpenjara oleh hawa nafsunya dan jauh dari hidayah Allah SWT. Seorang ahli hikmah mengatakan, "Orang yang di penjara itu adalah orang yang terpenjara hatinya hingga tidak dapat mengenal Allah, dan orang yang tertawan itu adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya."

Dan yang paling menyedihkan adalah orang yang terpenjara fisiknya juga terpenjara akal pikiran, emosi, serta hatinya. Na'udzubillah. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat seperti ini.

Sahabat-sahabat sekalian... Kemerdekaan adalah satu nikmat terbesar yang Allah karuniakan untuk kita. Oleh karena itu, mari kita isi kemerdekaan ini dengan lebih meningkatkan lagi kualitas hidup dan ibadah kita kepada Allah SWT. Dan mudah-mudahan, kita menjadi orang-orang yang lebih mensyukuri lagi nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kita, begitu pun dengan nikmat kemerdekaan ini.

Wallahu a'lam.
kotasantri.com

Jumat, 20 Juli 2007

HP 7 (3)

Harry had been planning this night since he had arrived back at the Dursleys, and now that his chance had come he felt a surge of adrenalin pulse through him. He had some last minute tasks to do before midnight came, but almost everything he would need, lay in a state of readiness.

Mad-eye Moody had been his main obstacle, his magical eye saw right through almost everything, including invisibility cloaks, and Harry felt sure Moody could see through the walls into his very room at times, and on the nights Mad-eye took guard duty, he was quite certain he would not have been able to slip by him.

Tonight however, Moody was not going to be a problem, and with only Kingsley on for maybe thirty minutes, he had his chance. Harry knew the guard changed at midnight and he glanced at the digital clock by his bed. 10.35pm, that would give him about an hour before he was to leave Privet Drive, forever.

Harry drew in a deep breath as he leapt to his feet. Taking out some parchment and ink from his desk draw, he sat down and started to write. As the quill scrawled across the page, Hedwig twittered in anticipation, keen to be put to use again. She had gone out only once in the past eight days, and that was to deliver a short, hastily written note to Ron that contained nothing of interest. It was not safe to pass information by owl.

Ron would be back at The Burrow, trying to learn anything he could by stealthily listening in on his father and Bill.

On the train back from Hogwarts Harry, Ron and Hermione had sat in a compartment they kept to themselves, conceiving various tactical ways of gathering information while Ron and Hermione were at The Burrow. Hermione had arranged to stay after spending only a week with her family. They occasionally looked up when interrupted by Order members who were patrolling the train, or fellow students like Neville who wandered in. But they were, for the most part, left alone. The loss of Professor Dumbledore had imparted a sombre mood upon the Hogwarts Express.

Every time the compartment door had slid open, Harry expected - hoped, to see Ginny’s face; he sat through the train journey back to London feeling like part of him was missing. It was the beginning of the end of what had been for Harry the most wonderfully comforting thing he had ever known. His heart would have liked nothing more than to have Ginny sat beside him; the smell of her hair drifting lazily in the air and the comforting warmth of her body leaned against his. But he knew she could not be with him, he had made that choice. She understood he had to leave her behind. She understood he must face this challenge without her. She understood.

Harry looked at the message he had just finished writing, it was as bland as the one he had sent Ron, but it’s purpose was far more important. He was rolling it up and sealing it when Hedwig fluttered down from her perch and landed on the desk in front of him. She held out her leg expectantly. Harry smiled at her affectionately and scratched her neck ‘I’m not sending it yet.’

She nibbled at his finger a little too vigorously and Harry pulled it away ‘Ow!’ he breathed laughing softly, rubbing the red marks that she had left. She flapped her wings huffily and retreated to her cage for a drink. ‘You’ll just have to be patient, it wont be long.’ He laid the scroll on his bed and reached for a knapsack. He had discovered it while searching one of the closets in his room days before; it had been bought for Dudley to take on a camping trip the Dursleys embarked on many summers ago. It had lain discarded and forgotten ever since.

Harry bent down and lifted the loose floorboard under his bed. There lay a reasonable store of provisions that he had managed to collect. He had been sneaking around the house in the gloom of night using his invisibility cloak. His Aunt Petunia put the missing food down to Dudley’s inability to stick to his diet; his cousin had frequently left traces of midnight binging strewn from one end of the kitchen to the other.

One night, because of Dudley's veracious appetite, Harry had almost been sprung.

While heading up to his room after having just raided the pantry for supplies, Harry met Dudley coming in the opposite direction. He had snuck out of his own room and was descending the stairs, heading straight for Harry who was concealed under his cloak. The sheer size of Dudley meant there wasn’t enough room for them to pass one another without Harry making significant contact with him. Harry was holding some packets of instant porridge, dried peas and some tinned fruit in his arms, and in his scramble to back down the stairs, he dropped a tin of apricot halves. It fell with a loud clunk, and then to his dismay, continued to roll down the stairs, Harry's feet dodging it, as he backed down the steps in an effort to get out of the way of Dudley.

Thunk … thunk … thunk was all his startled cousin heard on the stairway below him. Dudley could see neither Harry, nor the tin of apricot halves still hidden under the cloak.

When Harry and the tin came to a halt at the bottom of the stairs, he looked up and saw in the gloomy light from the street lamp outside, the look of sheer terror on his cousins bloodless, white face. Dudley's lower lip wobbled uncontrollably as he turned, stumbling over himself in his rush to get back to his room, inaudible squeaks escaping him as he heaved his weight against the door and slammed it shut.

He did not venture out in the small hours of the morning again, which turned out to be very convenient for Harry indeed.

Harry shoved some clothing and a bottle of water on top of the food he retrieved from the cavity, and then packed several other items carefully in the outside pockets of the pack. It was now heavily bulging as it lay on the bed. He reached in the closet for his broom, and placed it beside the scroll. He took out the invisibility cloak from his trunk and placed it over the back of the chair, and then lastly he packed his trunk with everything else he owned. It took him some time to check and double check that he had packed everything; he could not afford to leave anything behind this time as he had no intention of ever returning.

Hedwig had been watching him from her cage, her head swivelling this way and that as she followed him round the room. She let out a small screech as Harry sat down at the desk to write one last note.

Aunt Petunia,

I want to thank you, for you have done more than you know.

Because of you my mother did not die in vain.

Harry

He placed the parchment squarely in the centre of the desk, stood back and looked to Hedwig. ‘Okay,’ he said quietly raising his arm ‘come here.’ She fluttered down and settled onto Harry’s outstretched arm. ‘I need you to go to the park and wait for me there Hedwig.’ He said ‘Do you understand?’ She hooted softly and launched herself out of the window into the night.

Harry locked his trunk, flung the pack on his back, grasped his broom and swung his invisibility cloak over him.

HP 7 (02)

Harry could see the dim glow of light seeping through the small gaps in the curtains as he reached No.4. Someone was still awake. Harry crept up to the house and with great care, turned the handle and pushed the door open as quietly as possible, unwilling to give his Uncle yet another opportunity to start ranting at him, a favourite past time of his.

It seems the Dursleys had decided the best way to repay Harry for inflicting Dumbledore on them last summer, was to make his life with them even harder for him than before. He suspected that it had a lot to do with Dumbledore’s comment about their beloved, and hopelessly spoiled dope of a son Dudley, who in their eyes was a perfect angel who could do no wrong.

He stepped over the threshold then eased the door back into place and released the handle, but no sooner had he turned to mount the stairs when he saw his Uncle’s stocky figure standing in the doorway to the kitchen, arms crossed over his rounded stomach. His eye’s glittered dangerously, as he glared at Harry, a smug satisfaction etched on his face. He had obviously known Harry had snuck out, and had been waiting there for him, ready to catch him. Harry had the impression of being like a deer caught in the headlights of a car.

‘I knew you were up to something!’ his uncle said in quiet triumph ‘I said to Petunia you had been sneaking around, and now …' his eyes narrowed ‘now I’ve got you!’ his barely suppressed glee at springing Harry was turning his face purple. ‘Where have you been boy?’ he demanded ‘Out terrorizing the neighbours? Prowling around the streets, causing trouble no doubt!’

Harry thought this was a bit rich.

His cousin Dudley was the biggest thug in the neighbourhood, yet somehow his Aunt and Uncle had always managed to explain away his behaviour as ‘boisterous youth’ or ‘having a bit of roguish fun’. But Harry knew the truth; Dudley was a prat.

Uncle Vernon’s eyebrow arched high on his forehead as he approached him, his arm raised and his finger jutting accusingly at Harry. ‘OUT WITH IT!’ he yelled sharply ‘Where have you been going every night?’

Harry was mildly astonished that his Uncle was even interested enough in his activities to realize he had been disappearing off on a regular basis.

A trickle of playful wickedness ran through him.
‘I’ve been reporting to my guard, actually.’ Harry said casually, watching for his Uncle’s reaction. A deep sense of satisfaction filled Harry as he saw his uncle falter immediately, his face slackening.

Uncle Vernon choked out the word ‘G-Guard?’
‘Yes,’ said Harry ‘that’s right …’ He paused for effect, his Uncles eyes grew wide with uncertainty ‘Guard.’ Harry finally confirmed ‘they’re posted just down the street, been there ever since I got back from school. You’ve met some of them before … at the station.’

Uncle Vernon looked like he had been hit with a Silencio charm. His lips were trying to form words but no sound was coming out. Harry was enjoying himself immensely. He knew his uncle would not have forgotten his encounter with the formidable figure of Mad-eye Moody a year ago. Harry added with a measured tinge of exasperation ‘They insist I keep them updated with how things are while I’m here.’ He sighed dramatically. ‘They’re quite overprotective really...’

His Uncle’s lips suddenly fused together, Harry could tell he had not been able to find a single retort. He was looking everywhere else but at Harry, his arms dangling by his sides as he shifted his weight uncomfortably. He finally cleared his throat.

‘You’d best get to bed.’ He mumbled without looking at Harry and then he turned and disappeared into the kitchen without a word, Harry smirking after him.

Strictly speaking, everything Harry said was perfectly true, so he felt no guilt what so ever that he had unhinged his Uncle. After all, it was only the fact that the Dursley’s were so unkind to him that gave them cause to worry about his "guard" in the first place.

He headed to his room and sat on the end of his bed, Hedwig hooted softly at him from her perch atop the cupboard. He looked up at her and smiled. She was the one thing that made being at the Dursley's bearable.

HP 7 (01)

HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS
1. The Escape



Harry slunk warily along the footpath, his head slightly bowed, eye’s darting up and down the street, glancing every now and then left and right. His right hand hovered over the pocket in his worn out faded jeans where his wand lay hidden, but within easy grasp. His fist was unconsciously clenching and unclenching. Most people would have found the misty cool night air soothing, pleasant, but Harry was on edge.

As he rounded the corner of Privet Drive, he stopped. His head turned to survey the street before him. There was nothing out of the ordinary, but he knew someone was there, somewhere, lurking in the darkest corners, or hidden by magic. He could feel their presence as sure as he knew he was standing there himself. He waited for someone to show. He never knew who it would be, but he could predict their appearance down to the last second. He stood for a moment, almost overwhelmed by his impatience. It had been the same every night ever since he had been at his Aunt and Uncles. And tonight, as before, a figure gradually emerged from the nothingness.

Harry was able to make out the features as it made it's way towards him. It was Kingsley Shacklebolt. After scanning the area as soon as he had seen Harry, Kingsley had removed his invisibility cloak and given Harry a quick nod in greeting. When they were within a few feet of each other, Harry spoke.

‘What’s happening? Who’s here with you?’ His voice was calm, but his look was determined.
‘Goldstein is at the other end of the street’ Kingsley said in his deep voice ‘But he’ll be replaced by Tonks at midnight. I’m on until dawn.’ Even as he spoke, he never stopped surveying the area. ‘Nothing to report?’

This is how the quick exchanges between Harry and his guard had gone every night.
‘No, nothing.’ Harry’s eye’s barely met Kingsley’s as he looked down at his shuffling feet. ‘So … when am I getting out of here?’

‘Nothing yet I’m afraid.’ Kingsley was used to Harry’s impatience, he had stood guard five out of the eight nights since Harry had returned to Privet Drive. ‘Give it a bit of time,’ he said ‘things are not as … easy … as they were. It’s going to take a fair bit of organizing. As it is Podmore has to leave early …’ he brushed his hand over his bald head ‘so I’m going to be hear alone for about half an hour.’

Harry looked up suddenly, and then looked back at the ground just as quickly, his eyes seeming to be searching for something. This was it! He thought. This was what he’d been waiting for. It was only a short amount of time, he would have to cut it close, but he knew he could do it. With one guard gone, he could slip through.

‘Is there any other news?’ Harry always dreaded asking this, but he had to know. If he was going to go through with his plan, he had to learn everything he could about what The Order knew. There was silence as Harry waited, eyes still lingering on the ground. He was sure if Kingsley caught his eye, he would see the guilt Harry tried so hard to conceal. Kingsley cleared his throat.
‘Some of the usual stuff.’ he said, though he seemed hesitant. ‘A few more missing people … they found Fudge’s body late last night.’

Harry looked away in disgust. Fudge hadn’t been his favourite person in the world. When Harry had returned from the graveyard, clutching Cedric Diggory’s dead body during the Triwizard Tournament over two years ago, Fudge had refused to believe that Voldemort had taken form again. And in the year following, he had gone to great lengths to discredit Harry in every way possible, squashing most of Dumbledore’s efforts to get people to believe in Harry and to prepare for Lord Voldemort’s return. But for all Fudge’s faults, he did not deserve the hand that fate had dealt him.

Harry took a deep breath and turned back to Kingsley. Somehow this news had given him the push he needed. He now held such resolve that he was right in his plans, that he could look Shacklebolt directly in the eyes.

‘What are Voldemort and his Death Eaters up to? They must have a plan! You must know something from following the trail of blood they leave behind.’ Harry said this with such loathing that Kingsley barely grimaced at the mention of the name Voldemort, but pulled back slightly from Harry, seemingly more uncomfortable with his tone.

‘We don’t know … exactly.’ Kingsley said evasively. This was the final straw for Harry, he could tell Kingsley was reluctant to say too much, and finally the pressure of the past eight days, sitting uselessly in his room at the Dursleys waiting for news, biding his time unable to rest as he waited for his chance, suddenly burst to the surface.

‘If you think’ he said gravely ‘that Dumbledore didn’t know I was ready for this,’ his eyes blazed threateningly ‘then you’ve already lost to Voldemort!’ his body was rigid with frustration.

Kingsley seemed exceedingly uncomfortable, but Harry didn’t care. If he was going to get out of Privet Drive tonight and take on the task Dumbledore had left him to do, then he needed information, and he needed it now. Harry had no intention of going after Voldemort yet. He had to find and destroy all of the Horcruxes, the artefacts that contained the pieces of Voldemort’s shattered soul, before he could do that. No, he needed information so he could avoid detection. If he was going to do this, he was going to have to do it alone, and the last thing he needed was for Voldemort to find out what he was up to. With the exception of Ron and Hermione, no one would know where he was, not the Order, not Mr. and Mrs. Weasley … not even Ginny.

‘Look,’ Kingsley said, he was fidgeting with the invisibility cloak hanging fluidly in his left hand. ‘I don’t know what good it will do you to know too much right now anyway. You-you can’t leave until you turn seventeen in a few weeks, it’s safer that way. You will be better protected here than anywhere else until then, now that Dumble…’ he trailed off with an awkward hand gesture. ‘Well … you know what I mean.’ He gave Harry a steady look, ‘It’s what he would have wanted.’

Harry let out a heavy sigh and his body slackened slightly. He knew he could not tell Kingsley why Dumbledore would have understood, he could not tell him about the Horcruxes, about Dumbledore’s dying wish, so he resigned himself to returning to No 4, where he would sit and wait, now his chance had come. Harry turned to leave, hunched over, defeated, and had only gone a few paces when Kingsley called after him.

‘See you same time tomorrow night, then.’
Harry turned slowly and looked at Kingsley ‘Yeah,’ he said quietly ‘I’ll be here.’ A sinking feeling crept over Harry as he turned his back on Kingsley. Would he ever see him again? Would he ever see any of them again? He straightened himself to his full height and resumed his state of readiness as he moved quietly back up Privet Drive.

He knew what he had to do, the path lay before him, and he would walk that path alone, as he had done many times before.

Jumat, 13 Juli 2007

harry poter 7,cuma 240 halaman?!

Heri poter 7 ceritanya tentang apa ya?kemaren googling langsung dapet yang free download,pas dibuka cuma 240 halaman,ga stebel yang sebelum na. wah HP bakalan abiezz neh. ^_^;
dari amazon.com
Grieving over "Harry Potter and the Deathly Hallows"
6:54 AM PDT, July 12, 2007
With the release of Harry Potter and the Deathly Hallows almost a week away, the USA Today has a feature on grief as fans await the last installment in the Harry Potter series. Faced with the possibility of the death of a most beloved figure and others, as well as the knowledge that this is the final chapter of the saga, the newspaper has two articles regarding death and the finality found in "Deathly Hallows."

The first article addresses the process as we taking about who may die in DH] turning " to mourning as Potterians process the news and adjust, or not, to a glum future absent the exquisite anticipation of another book. Some fans, maybe most, will take it in stride. "She's kind of prepared us," says Trysh Thompson, 26, a technical writer in Georgetown, Ky. "It's not going to be a total shock."

Also important is the loss we will feel as this is the final installment in the series.
"It makes sense to grieve the end of a fictional character in the fictionality of Internet space," says pop-culture historian Robert Thompson of Syracuse University. "Even if nobody was going to die, the really significant grief is that they're not going to be able to look forward to another book. When something cultural is with you for that long and that regularly, it becomes part of your life, and when it goes away, it's sad."


The second piece continues more about which characters may not survive the outcome of book seven, and offers thoughts from the Harry Potter actors and film makers on who they think may die in "Deathly Hallows."
Daniel Radcliffe (Harry Potter): "A heroic death for me has always been the most fitting way to conclude the series. I think it's a very conclusive way to end it."

Emma Watson (Hermione Granger): "I have a nasty feeling Harry might die. I think he might have to go with Voldemort."

Michael Goldenberg (screenwriter): "I can imagine an ending where Harry lives and it's still quite bittersweet. I just don?t know if (J.K. Rowling)can kill off Harry."