Selasa, 18 September 2007

Ramadhan Cinta


Ramadhan adalah bulan pembuktian cinta.
Ketundukan adalah cinta, kebajikan adalah cinta,
derma adalah cinta, dan menata jiwa lebih dewasa adalah cinta.
Ramadhan, saatnya memberi makna istimewa pada cinta kita.
(Anis Matta)

Dan, Ramadhan kembali tiba. Sudah siapkah kita menyambutnya? Tentu, setiap diri kita punya jawaban masing-masing. Jawaban yang berbeda-beda. Sungguh beruntung mereka yang penuh suka cita menyambutnya, dengan perasaan senang karena dipertemukan lagi dengan bulan yang mulia ini. Merugi, mereka yang biasa saja, bermalas-malas menyambutnya, apalagi mereka yang tak senang atau merasa terkekang karenanya. Padahal kalau kita memahaminya, sungguh banyak hikmah yang bisa dipetik pada setiap Ramadhan tiba.

Di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, "Puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya. " (HR. Muttafaqun 'Alaih). Dalam dimensi ini, kita memaknai bagaimana ibadah puasa adalah ibadah khusus. Ini adalah kesempatan kita untuk membuktikan cinta, kerendahan hati seorang hamba kepada sang khalik. Apa yang kita lakukan, puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan, Dialah yang akan membalasnya. Bulan ini juga memberi kesempatan kita terhapus atas segala dosa-dosa kita. Do'a-do'a ampunan atas segala kesalahan terkabulkan, tentu dengan semangat pengharapan terdalam dari diri kita.

Lewat perantaraan Rasulullah, juga disebutkan tentang keistemewaan orang yang berpuasa, "Sesungguhnya di surga ada satu pintu bernama Ar-Rayyan, dari pintu ini akan masuk orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat, tidak ada siapapun selain mereka yang akan memasuki pintu ini, dikatakan, mana orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka semua berdiri, tidak ada satupun yang memasuki pintu ini, jika orang-orang yang berpuasa telah masuk, maka pintu itu ditutup, sehingga tidak ada seorang pun selain mereka yang memasukinya" (HR. Muttafaqun 'Alaih).
Inilah dimensi transendental. Dimensi ketuhanan. Allah SWT telah menjanjikan kepada hambaNya dengan kenikmatan kelak di kemudian hari jika benar-benar melakukan ibadah puasa dengan semestinya, sesuai sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah. Maka, tak ada yang kita lakukan, selain kita memaknai bulan ini dengan bulan pembuktian cinta kita. Kita isi hari-hari puasa kita dengan ibadah-ibadah untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Bukan untuk apa-apa, semata-mata untuk meraih keridhaan Allah saja.

Lantas, bagaimana dimensi kemanusiaannya? Puasa, sebenarnya ada wujud solidaritas kemanusiaan. Sebulan penuh kita melakukan puasa, menahan lapar dan haus sepanjang pagi dan siang. Makna yang bisa kita ambil sebenarnya melatih kepekaan sosial kita, kepedulian kita kepada sesama. Kita, mungkin hanya sebulan merasakan lapar dan dahaga, tapi di luar sana, bisa jadi teramat banyak yang setiap hari menahan lapar, sudah terbiasa hidup dengan amat kesulitan dan memprihatinkan. Para pengemis itu, gelandangan itu, buruh-buruh kasar itu, orang-orang pinggiran kota itu, petani miskin itu.

Sungguh, inilah bulan pembuktian cinta kita kepada sesama. Melihat dengan mata hati kita, teramat bersyukur kita sebenarnya. Sepanjang pagi dan siang mungkin kita sama-sama menahan lapar. Tapi ketika sore tiba, saat berbuka puasa, makanan-makanan enak masih sempat kita santap. Tidakkah kita pantas bersyukur karenanya? Bagaimana pembuktiannya, salah satunya adalah dengan derma kita untuk sesama, semangat untuk memberi dan berbagi dengan sesama. Kita asah mata hati kita untuk lebih peka atas nasib dan penderitaan orang lain. Lantas, kita berikan kebahagiaan sepanjang kita bisa untuk mereka. Membuat mereka sejenak tersenyum.

Demikianlah Ramadhan cinta menyapa kita, tidakkah kita merindukannya?
*************************************************************************************
berita bengkulu;
Dari lapangan tentang kebutuhan para pengungsi antara lain sembako, tenda family, susu balita, pakaian dalam (wanita), pembalut wanita, alat penerangan, tikar dan selimut serta tim medis beserta obat-obatan
berita sumbar;
Sementara itu, gempa juga melanda Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dengan tingkat kerusakan yang tak kalah dengan Bengkulu. Salah satu wilayah terparah di Pesisir Selatan adalah Painan, ibukota kapubapaten.

Terdapat 6 kecamatan yang dilaporkan terkena dampak langsung guncangan gempa, yakni kecamatan Lunak Silaut, kecamatan Tapan, kecamatan Ranah Pesisir, kecamatan Lenggayang, kecamatan Linggusari Baganti dan Kecamatan Sutra.
Dari enam kecamatan itu, kecamatan Lunak Silaut paling parah. Tercatat sedikitnya 1.000 rumah rusak berat akibat gempa. Sedangkan di Kecamatan Tapan, tidak kurang dari 400 rumah hancur. Sementara di Ranah Pesisir 500 rumah rusak.

Masyarakat Pesisir Selatan sangat membutuhkan bantuan, terutama sembako, tenda, air bersih, dan tim medis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar