Rabu, 22 Agustus 2007

susu jagung

susu jagung..yah susu jagung, hasil krativitas temen-temen Institut Pertanian Bogor yang berhasil meramu susu jagung. Cocok untuk diet dan bisa dikonsumsi penderita diabetes.Usaha enam bulan itu tidak sia-¬sia. Mereka bergelut mencari formula susu jagung yang tepat dan memperkenalkan serta memasarkannya sendiri di lingkungan kampus.
Dengan wajah berseri, lima anak muda itu naik panggung diiringi aplaus para hadirin. Malam itu, Selasa dua pekan lalu, mereka menerima penghargaan Young Entrepreneurs Award 2007 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Hadiah itu adalah ganjaran bagi prestasi mereka meramu susu jagung yang kini mulai dikonsumsi sebagian masyarakat.
Sarinada—begitulah kelima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menamai kelompok mereka. Sebutan itu adalah singkatan dari nama mereka: Ahsan Sihotang, 19 tahun, Ari Try Purbanyanto (22), Nadiyah Khaeriyyah (19), Muhammad Akhlis Mustaghfiri (22), dan Linda Mikowati (20). Di kampus IPB, mereka menyisihkan 400-an kelompok yang berebut tiket ke final di hotel bintang lima.
Ahsan dan kawan-kawannya menyabet penghargaan kedua di bawah kelompok mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang memasarkan hiasan dari kerang.
Penghargaan yang diberikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional ini memang lebih menyoroti kreativitas mahasiswa dalam kewirausahaan. Maka hiasan kerang menyabet juara pertama.
Namun, temuan produk susu jagung adalah karya yang amat inovatif dan bisa menjadi alternatif di saat harga susu terus melonjak. "Susu jagung bisa diproduksi dalam skala besar," kata seorang juri. Ahsan yang memimpin proyek peracikan susu jagung mengatakan, ide awal muncul ketika ada tawaran dana dari Dirjen Dikti kepada mahasiswa yang mau melakukan penelitian sekaligus mengembangkan bisnis.
Ahsan tertarik. Akhir tahun lalu, ia membentuk kelompok yang terdiri dari rekan-rekannya di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, yakni Diah dan Linda. Adapun Ari dan Ikhlas berasal Jurusan Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian. Selama sepekan lima sekawan ini berunding. Mereka pun sepakat membuat susu jagung.
Ide ini dipinjam dari skripsi sekaligus hasil penelitian kakak kelas mereka, Berta Setya Rini, mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Proposal pun dibuat. Sebulan berselang, yakni pada Januari 2007, mereka mendapat bantuan dari Dirjen Dikti sebesar Rp 4,5 juta. "Ini modal awal penelitian untuk pembeli alat-alat dan bahan baku pembuat susu," kata Ahsan.
Peralatan yang dibeli antara lain blender, kompor, panci, saringan, dan baskom. Bahan baku pembuat susu adalah jagung manis (zea mays sacc), gula pasir, dan air. Bulan pertama menjadi masa percobaan. Mereka berupaya mencari takaran yang tepat. "Sebenarnya tidak sulit. Masalahnya adalah mencari formula yang tepat sehingga rasanya enak," kata Nadiyah, mahasiswi semester IV.
Cara pembuatan susu jagung ternyata sederhana saja. Setelah direbus, jagung dilumatkan dalam blender. Hasil dari blender lantas diperas dan disaring menjadi susu jagung. Untuk pengental, Ahsan menambahkan CMC (Carboxymethylcellulose) bahan dasar pembuat agar-agar. Namanya juga susu jagung, tentu saja bau jagung tak bisa dihilangkan. "Ini justru membantu orang yang tidak suka dengan bau amis susu," kata. Ahsan.
Ternyata penambahan CMC memunculkan masalah. Awalnya zat kimia ini bisa menyatu, tapi setelah disimpan beberapa jam ada cairan CMC yang mengendap. Selain itu, susu sempat terasa kasar dan seperti tersangkut di tenggorokan. Kedua masalah itu pun teratasi. CMC diganti dengan susu skim. Untuk menghaluskan cairan susu, jagung diblender lebih lama lagi. Formula yang tepat akhirnya ditemukan.
Merasa percaya diri dengan formula itu, kelompok Sarinada mulai melakukan uji pasar. Susu dibagikan secara gratis kepada mahasiswa, dosen, dan pejabat kampus. Mereka yang mencicipi diminta mengisi kertas saran. Berbagai masukan diterima, di antaranya ada yang menginginkan susu jagung tetap berwarna kuning seperti bahan bakunya. Ada yang meminta agar rasa jagung tak dihilangkan dan susu dikemas menggunakan gelas plastik seperti susu segar lainnya.
Setelah kemasan susu lebih baik dan menarik, mereka mencoba menjualnya ke kantin-kantin kampus dan menawarkan langsung ke mahasiswa. "Ternyata banyak yang suka, mungkin karena harganya hanya Rp 1.500,” kata Ahsan. Susu yang diberi nama 0-ThanX—mengutip potongan nama belakang Ahsan—itu kini beredar di semua kantin dan koperasi kampus IPB. Setiap ada kegiatan kampus, susu 0-ThanX selalu hadir sebagai pelengkap hidangan.
Kelebihan susu jagung dibandingkan dengan susu sapi atau kedelai: bahan bakunya mudah didapat dari petani setempat dengan harga tidak terlalu tinggi. Jagung tidak mengandung lactate intolerance (yang membuat susu bau amis). Susu jagung mengandung serat lebih banyak, cocok buat mereka yang diet. Tapi susu ini hanya bertahan satu hari jika disimpan di luar. Daya tahannya bisa mencapai dua pekan jika disimpan dalam lemari pendingin.
Manajer Mutu Pengujian LaboratoriumTeknologi Industri Pertanian IPB, Dwi Setyaningsih, mengatakan, susu jagung mengandung karbohidrat tinggi (lihat tabel kandungan) yang berguna memulihkan stamina. Serat jagungnya membantu melancarkan pencernaan. Dan kadar gula rendah membuat susu ini cocok untuk diet. "Penderita diabetes bisa meminum susu ini," kata Dwi yang mengawasi proyek lima mahasiswa tersebut.
test new read more


Tidak ada komentar:

Posting Komentar